Aku menghela nafas panjang seolah tak tahan merasakan sesak yang ku rasakan di dada,kupandangi sekeliling pantai untuk mengurangi rasa ini walaupun sebenarnya tak mengurangi sedikitpun sesakku.
Satu jam tak terasa sudah ku lalui tetapi aku juga belum bisa menepis wajahnya dari bayanganku, serasa tak kuasa menahan semua yang ku rasakan ingin sekali rasanya meluapkan tangisanku di depannya tetapi semua itu tak mungkin terjadi karena dia tak pernah tau apa yang ku rasakan seolah masih ingin hening dalam perasanku selayaknya fatimah azzahrah yang begitu pintar menyembunyikan jutaan rasa yang ada dalam hatinya untuk kekasihnya yaitu ali bin abi thalib,dan jika diam adalah emas mungkin sejak dulu aku sudah kaya raya karena telah mencintainya dalam diam.
Terbayang ketika pertama kali aku berkenalan dengannya,saat itu awal aku pertama kuliah satu persatu yang ada di kelas kami memperkenalkan diri begitu juga aku, saat itu dia duduk di bangku no 2 dari kiriku ketika dia memperkenalkan diri aku langsung penasaran seolah tak bisa lepas untuk terus menatap wajahnya,semiggu telah berlalu tapi aku belum juga berani untuk menyapanya. Waktu telah menunjukkan pukul 17:30 saatnya kami keluar dari kelas,aku segera keluar menuju ke masjid untuk melakukan shalat ashar ketika hendak keluar salah seorang temanku memanggil.
“dina”
“iya, ada apa,” jawabku singkat.
“Ada yang nanyain kamu tuh”
“siapa?,dengan sedikit malu aku bertanya.
“ini orang nya,namanya fazri,” Kami hanya saling berpandangan tanpa mengucapkan sepata katapun, teringat belum mengerjakan shalat ashar aku langsung beranjak meninggalkan mereka.
Di sepanjang jalan aku terus memikirkannya seolah pikiran ku tak ingin lekang olehnya apalagi dengan tatapan matanya yang begitu teduh seperti ayat al-quran yang selalu menyejukkan hatiku.
Malam semangkin larut hatiku semangkin gelisa tak menentu entah apa yang ku rasakan sekarang yang pasti rasa ini tak pernah ku rasakan sebelumnya ,aku mulai berpikir apakah ini yang di namakan jatuh cinta tapi kenapa begitu ganas menghantui pikiranku,apakah cuma aku yang merasakan nya dan apakah dia juga merasakan perasaan yang sama terhadapku.
Malam ini sungguh aku tak bisa menepis semua pertanyaan yang menghantuiku, kenapa harus kepadanya muncul perasaan ini padahal aku baru mengenalnya bahkan bertegur sapapun aku belum pernah tapi aku mencoba untuk positif thingking “mungkin ini adalah anugerah dari allah agar aku pernah merasakan apa yang namanya cinta”.
Seminggu telah beralu perasaanku masih sama seperti awal aku bertemunya dek-dekan dan tak menentu bahkan menatap matanya pun aku tak bisa,tak di sangka-sangka ternyata allah tau jeritan hatiku yang paling dalam dan mungkin dia mencoba menjawab semua pertanyaan yang mulai menghantuiku akhir-akhir ini, kebetulan waktu pembagian tugas kelompok aku satu kelompok dengannya dari situlah aku mulai dekat dengannya.
Kring…. kring…….,sudah 10 kali aku mencoba menghubunginya tetapi belum juga di angkat padahal tugas kami 3 hari lagi harus di kumpul karena aku sudah lelah menghubunginya akhirnya ku putuskan untuk mengirim pesan kepadanya,
“fazri nanti kalau udah bangun tidur telpon aku ya”.
Setengah jam dia menghubungi ku kembali dengan nada yang agak serak,
“hallo ini siapa?”.
“ini dina zri”dengan sedikit gugup aku menjawab.
“oh dina aku kira siapa,ada apa din?”
“aku Cuma mau nanyak soal tugas kita itu gi mana, kalau gak salah 3 hari lagi harus di kumpul”
“oh ya udah ntar kita kerjain barengan aja ya”
“ya udah aku tunggu di kampus ya”aku menjawab tanpa menghiraukan perasaan ku yang semakin tak menentu ketika berbicara dengannya.
“ok”dengan singkat dia menjawab.
Karena terlalu senangnya aku menjerit kegirangan sendiri di dalam kamar,ekspresi suaranya waktu menelpon aku kedengaran senang seperti memang menunggu telponku dari jauh hari, dalam hati aku membatin “ya allah mudah-mudahan ini pertanda baik untuk hubunganku dengannya”.
Waktu telah menunjukkan pukul 12:30 saatnya kami memasuki kelas dak-dik duk hatiku campur aduk rasanya alasannya hanya satu karena akan berjumpa dia,”cinta memang tidak mengasyikkan karena selalu membuat hati seseorang tidak nyaman” dalam hati aku membatin.
“Din gimana jadikan ngerjain tugasnya”
“oh iya jadi kok”jawabanku tanpa melihatnya karena takut terlihat gugup di depannya.
Saat pelajaran kami sudah selesai kami langsung menuju ke perpustakaan,sepanjang jalan kami terdiam tanpa mengucapkan sepatah katapun karena merasa janggal aku mencoba untuk mengajaknya berbicara,
“fazri memang asli orang medan ya?,”pertanyaan yang mungkin sedikit garing menurutku.
“ohh bukan, aku asli orang tanjung balai”.
“bukannya itu dekat batu bara ya?,jawabanku yang agak sedikit sok tau untuk mengisi kegaringan suasana yang kami rasakan.
“iya bener,”jawaban yang singkat yang selalu membuat hatiku semakin deg-degan.
“kalau aku enggak salah di sana ada tempat wisata namanya pulau salahnamoo ?”
“iyaa”
“yang bener kamu,”aku menjawab dengan agak sedikit terkejut.
“ya gak mungkinlah aku bohong”
“kalau gitu boleh dong kapan-kapan aku main ke sana!”
“pasti bolehlah!”
Bahagia rasanya hatiku saat mendengar jawabannya yang seperti itu membuat aku semakin bersyukur kepada allah karena telah mendekatkan aku dengannya,entah berapa dosaku yang terus bertambah karena selalu memikirkannya.
Semester satu telah berlalu semuanya masih sama belum ada yang berubah terlebih lagi tentang perasaanku kepadanya namun sayang aku hanya bisa memandangnya dari kejauhan dan menulis semua tentangnya di buku harianku,tersiksa rasanya batinku tetapi apala dayaku terhadap perasaan ini tidak mungkin aku mengatakannya langsung karena aku ini adalah seorang perempuan yang kodratnya itu mempunyai marwah jadi aku harus tetap menjaga sikapku walaupun itu terasa sakit. sedih dalam hati sudah pasti kurasakan apalagi ini cinta pertamaku tetapi aku harus kuat karena perjalanan hidupku masih panjang biarlah takdir yang menentukan dan waktu yang berkata.
Dan Mungkin diamku adalah cara terbaik untuk menjaganya,aku rela tak bertegur sapa dengannya karena sudah kuselipkan namanya dalam setiap doaku.mungkin aku hanya mampu mencintainya dari jarak yang begitu jauh namun,sesungguhnya aku merasa begitu dekat dengan dirinya.sungguh,aku akan menjaga perasaan ini, mengunci rapat di dasar hati hingga nanti Allah mengizinkan kami untuk bersatu.cukuplah bagiku menyapamu dalam doa-doaku.
Oleh : Cipta Pradina Ningsih